Jingga yang berakhir lara itu dia
Senayan jakarta pastinya…
terlihat suram ketika malam dipenatian..
gemerlap puing-puing kehidupan..
deru nada alunan bergema yang takkaruan
menjelma menjadi rangkaian sejarah yang kuanggap terbiasa..
Malam itu gaduh sesusai lintasi Plangi senja…
ada ribuan manusia yang dari padanya berbuat apa..
ada mesin-mesin dunia yang tercecer di pingir jalan
ada alunan nada yang membuatku jengah karna bisingnya suasana
hanya itu yang teringat dalam pikirku waktu itu...
ada ribuan manusia yang dari padanya berbuat apa..
ada mesin-mesin dunia yang tercecer di pingir jalan
ada alunan nada yang membuatku jengah karna bisingnya suasana
hanya itu yang teringat dalam pikirku waktu itu...
Aku bukan halnya seperti mereka…
aku hanya ingin melihat bintang jatuhku di malam itu..
aku selalu sepi..
sepi yang selalu kutanya dalam hati
jika ku hayati melingkupi semua yang abadi..
niscaya hari yang tiada hati
yang takkan sampai jika ku berlari ..
hingga kuterduduk ratapi runtuhan bintang
dan entah sampai kapan kuakan menjerat bulan
bersama impian ..
aku hanya ingin melihat bintang jatuhku di malam itu..
aku selalu sepi..
sepi yang selalu kutanya dalam hati
jika ku hayati melingkupi semua yang abadi..
niscaya hari yang tiada hati
yang takkan sampai jika ku berlari ..
hingga kuterduduk ratapi runtuhan bintang
dan entah sampai kapan kuakan menjerat bulan
bersama impian ..
kesekian kali ku harus berkata dengan hati
dengan doa yang aku sendiri tak tau arti..
dengan doa yang aku sendiri tak tau arti..
“ Tuhan...haruskah kuterarah sampai mataku terasa lelah,
mungkin baiknya kuterbaring dan aku teringat
kumelayang langitku terlihat
dan aku akan pulang menuju...Tuhanku...”
Oleh : Pangeran Kramat Jati
0 komentar:
Posting Komentar